Kalimat Syahadat – Ikrar kepercayaan

Setiap orang Islam, Wajib mengucapkan sekurang –kurangnya sekali dalam seumur hidup dan menyadari arti dan maksudnya dengan penuh kesungguhan.

Kalimat syahadat berbunyi :

"Asy-hadu an laa ilaaha ilallah (u), wa asy-hadu anna Muhammada (n) rrasuulullah (i)", yang berarti :

"Aku mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku mengaku bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah".

Kalimat ini adalah pernyataan suci dari kepercayaan yang benar atas ke-Esa-an Tuhan. Bagian yang pertama mengandung pengingkaran yang mutlak atas kemungkinan tuhan – tuhan lain atau dewa – dewa, dalam bentuk apapun juga. Ia mengingkari adanya tuhan dalam ala mini, baik yang menyatakan diri dalam bentuk benda mati, ataupun yang berwujud dalam bentuk yang disebut sebagai "pribadi –pribadi besar", yang sering tampil kemuka dalam masyarakat; biasanya disebabkan oleh tekanan – tekanan hidup yang berat. Orang – orang besar demikian, biasanya diangkat dan dipandang sebagai dewa atau setengah dewa.

Kalimat tersebut membebaskan orang dari ketakutan palsu atau pemujaan pada dewa – dewa yang diangkat ataupun yang tidak dan timbul disekelilingnya. Tidak satupun dalam kehidupan sehari – hari, juga tidak dalam seluruh dunia atau dalam jagad raya ini yang dapat menakuti-Nya. Semua ketakutan dalam arti yang baik dan semua pemujaan ditujukan hanya kepada yang Satu, yaitu pencipta yang Tunggal.

Kalimat itu memberi kesanggupan kepadanya untuk menempatkan setiap orang yang dijumpai dalam kehidupannya, pada tempat yang sewajarnya dan ia berdiri berhadapan dengan tiap manusia, tidak lebih dan tidak kurang dari itu.

Kalimat itu melenyapkan rasa kecil diri terhadap dunia yaitu suatu perasaan yang membunuh energy dan tenaga diri dan tidak layak dipunyai oleh manusia. Dengan demikian, kalimat itu dengan sendirinya mengangkat orang yang beriman kepada kesadaran akan harga dirinya sebagai manusia, dengan disamping itu ditutupnya pintu bagi kemungkinan sangkaan sombong dan kelebihan diri itu dari manusia lain.


 

Pada bagian kedua, seorang muslim mengaku bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dalam hal ini ajaran Islam memberi tempat yang sewajarnya kepada Rasul Tuhan itu.

Sejarah mengajarkan betapa mudahnya juru kutbah dan pribadi – pribadi yang luar biasa itu diangkat oleh manusia menjadi dewa atau setengah dewa, hal ini disebabkan karena penghormatan dan pemujaan yang berlebihan.

Bagian kedua dari Syahadat menghancurkan kemunkinan – kemungkinan semacam itu, seorang Islam mengakui bahwa nabi Muhammad adalam manusia biasa, hanya dipilih oleh Allah untuk menjadi contoh yang utama bagi seluruh manusia, sehingga perilaku dan ucapannya menjadi pedoman bagi umat Islam dalam kehidupan.

"Katakanlah (ya Muhammad!): "Sesungguhnya aku adalah manusia juga seperti kamu!" (Q.S. Al-Kahfi:110)

Kesimpulan :

Keyakinan yang kokoh yang diinsyafi dengan penuh kesadaran akan kebenaran Syahadat itu jadi tenaga pendorong bagi manusia yang beriman akan nilainya sebagai manusia dan selanjutnya memberikan kemerdekaan jiwa yang penuh baginya, ialah suatu kemerdekaan yang menjadi dasar dari tiap – tiap kemerdekaan, yang menjadi syarat utama pula bagi setiap perkembangan yang suci sifatnya.